BADUNG - Jika BIFW tempo hari mengerahkan 10 designer dan 40an model, kali ini mereka lebih greget. Peragaan busana tingkat dunia pertama kali di Bali ini memasuki hari ke dua digelar di venue yang sama, yakni Museum Pasifika Nusa Dua Bali, pada Jumat (14/10). Total ada 13 perancang busana, baik lokal maupun internasional beradu kreatifitas menampilkan karya terbaiknya.
Deretan desainer tersebut meliputi Think Earth by Monica Mohindra (India), Dwinigel by Dwi Iskandar & Nigel Henry (Bali), Hijab Arrafi by Bunda Hanim (Kudus), Indira Laksmi by Ayu (Bali), Dispora Sukoharjo X Lumyna (Sukoharjo), Baju Bodo by Malabis (Makassar), Dekranasda Kab. Batu Bara X Rissa Putri (Sumatera Utara), Ikat Batik Bali (Bali), Zaeenab HF X Luky Ahmad (Kalimantan Utara), Rasu’an Lampahan by Lynadesriana (Mojokerto), Monica Wibawa (Bali), Batik Riana (Solo) dan Inggi Kendran (Bali). Masing-masing desainer menampilkan antara 5-10 rancangannya yang bertema Cocktail & Elegant Wear.
Salah satu desainer dari Bali, Monica Wibawa (17) termasuk desainer termuda yang berpartisipasi di acara ini. Ia masih duduk di bangku SMA. Berawal dari seorang model dan memiliki hobi menggambar, lalu ia aplikasikan ke dalam bahan menjadi rancangan busana. Setelah mendengar informasi adanya Bali International Fashion Week, ia pun tertarik untuk berpartisipasi sekaligus memperkenalkan hasil karyanya.
“Ajang Bali International Fashion Week ini merupakan event yang sangat baik dan bergengsi tentunya, sehingga orang-orang bisa mengenal busana yang saya buat. BIFW ini adalah ajang fashion show kedua yang saya ikuti. Kali ini saya menampilkan rancangan menggunakan kain Endek Lurik yang dipadukan dengan kain biasa dominasi warna hijau dan pink sehingga menimbulkan kesan sweet (manis) karena para model saya masih berusia remaja, ” ungkapnya.
Ia pun berharap dengan diselenggarakannya event BIFW 2022 pasca pandemi ini bisa membangkitkan pariwisata Bali. Terlebih, dengan keikutsertaan desainer dari luar Bali bahkan internasional, sehingga memberikan dampak bagi peningkatan kunjungan wisatawan untuk berlibur ke Bali.
Anggota DPD RI sekaligus Dewan Pembina BIFW 2022, I Gusti Ngurah Aryaweda Karna menegaskan bahwa dalam ajang fashion show, banyak orang berfokus pada penampilan modelnya. Padahal jika ditelisik lebih dalam, sejatinya banyak orang terutama UMKM yang dilibatkan dan diuntungkan secara ekonomi dari sebuah rancangan busana yang dibawakan. Mulai dari perajin perhiasan/aksesoris, perajin kain, prada, hingga tata rias. Maka ajang BIFW ini tidak sekadar fashion show, tetapi ada transaksi ekonomi atau menjual produk Indonesia.
“Cita-cita saya adalah menjadikan Bali sebagai ‘fashion hub’ dunia. Selama ini pusat mode yang dikenal adalah Paris, Milan, New York, Hongkong, atau Jepang, maka ke depan kita ingin Bali masuk menjadi salah satunya, ” ujar Aryaweda Karna.
Gelaran BIFW diakhiri dengan peluncuran katalog produk oleh masing-masing desainer dan pemberian penghargaan dalam balutan acara Cocktail Party Celebration.
Sebagaimana diketahui BIFW 2022 merupakan ajang perdana yang mengangkat tema “Anjali Mahakarya Wastra Bali” yang bermakna persembahan pagelaran terbaik untuk busana khas Bali, nusantara dan internasional dengan modifikasi mengikuti perkembangan zaman dan modernisasi. Sebanyak 33 desainer yang didukung sekitar 50 model terlibat selama fashion show yang berlangsung hingga Sabtu (15/10).<SWN>